JCCNetwork.id – Kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dengan meme Ketua DPR RI, Puan Maharani berbadan tikus dinilai tidak etis dan keterlaluan. Selain itu, jauh dari moral kritik sebagai kaum intelektual.
Hal itu disampaikan Conten Creator sekaligus anggota JCC Network Ibrahim Malik Fatsey (IMF) saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (25/3/2023).
“Prinsipnya kita nggak membela ibu Puan atau siapapun ya dalam konteks ini. Kritik boleh saja, tapi moral kritik juga penting untuk dikedepankan. Nah kalo yang dibuat teman-teman UI sejatinya tidak etis dan keterlaluan. Bahkan jauh dari moral kirik sebagai kaum intelektual,” kata pria karib di sapa IMF ini.
Seperti diketahui, baru-baru ini, BEM UI melayangkan kritik atas putusan DPR RI soal RUU Ciptaker menjadi Undang-undang (UU) ramai ditengah masyarakat Indonesia. Bahkan, mereka (BEM UI) menggambarkan Puan dengan tikus dan sejenisnya.
Menurut dia, kritik yang dilayangkan oleh BEM UI itu sudah menyerang personal (pribadi) Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI. Pasalnya, kritik ini bukan lagi perihal kebijakan yang telah disepakati atas dasar putusan bersama di Senayan, namun sebaliknya.
“Kan ini sudah menyerang secara pribadi jadinya. Padahal esensinya kan keputusan itu bukan hanya atas tangan ibu Puan, melainkan hasil kesepakatan atau keputusan bersama anggota dewan melalui berbagai pertimbangan yang matang,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia berharap BEM UI lebih mengedepankan jalur Kritik yang sesuai serta tidak menyerang personal. Apalagi, kata dia, Puan adalah ketua wakil rakyat (DPR RI) yang tidak mungkin memutuskan sesuatu tanpa mempertimbangkan kebaikan di dalamnya.
Lebih lanjut, IMF juga mempertanyakan poin kritikan yang spesifik dari BEM UI soal Ciptaker tersebut. Sebab, ia khawatir langkah yang di lakukan oleh BEM UI di tunggangi kepentingan politik tertentu untuk menyerang pribadi Puan Maharani.
Sebab menurutnya, selama ini masyarakat tidak mendapatkan serta memahami poin kritikan mahasiswa dari RUU Ciptaker tersebut. Pasalnya, sebagian besar mahasiswa hanya cenderung ikut arus desain isu yang sudah terbuka lebar di masyarakat.
“Khawatirnya ini atas sentimen politik kepentingan kelompok tertentu untuk menyerang pribadi Ketua DPR RI. Kalo kita cermati, hari ini masyarakat bahkan tidak memahami esensi utama atau poin dari kritik teman-teman BEM atas UU Ciptaker. Nah kalo begini namanya ikut arus isu tanpa pengkajian lengkap,” timpalnya.
Ibrahim pun meyakini BEM UI memiliki kajian tersendiri atas UU Ciptaker. Namun baginya, hal itu harusnya dilakukan dengan cara dan ruang yang tepat. Bukan sebaliknya menyerang pribadi seseorang.
“Saya yakin memang teman-teman BEM UI memiliki kajian tersendiri. Kalaupun ia harusnya kan dilakukan dengan cara yang tepat, bukan sebaliknya seperti yang terjadi hari ini. Moral kritik juga harus di kedepankan sebagai kaum intelektual,” pungkasnya.