JCCNetwork.id- Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk melakukan impor beras tambahan sebanyak satu juta ton. Keputusan ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang mengkonfirmasi bahwa langkah tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan beras nasional hingga awal tahun 2025. Dalam pertemuan koordinasi yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga, Zulkifli menyatakan bahwa laporan terkini mengenai program swasembada pangan 2028 telah menjadi landasan bagi rencana ini.
Mantan Menteri Perdagangan yang akrab disapa Zulhas menjelaskan, meski ada kebutuhan mendesak, proses impor beras harus mengikuti mekanisme bisnis yang sesuai.
“Ya, memang kita terhutang. Harusnya kan kita impor 1 juta lagi. Tapi tadi baru dapet laporan, prosesnya harus bisnis to bisnis, karena India ini,” terang Zulhas saat ditemui di kantor Kementerian Kehutanan, dikutip Rabu (30/10/2024).
Zulkifli menyatakan bahwa proses pengadaan beras dari India, yang merupakan negara pengimpor utama, menghadapi tantangan akibat adanya larangan kuota impor.
“Karena India pernah melarang, setelah dilarang itu kalau dia G to G, harus persetujuan parlement. Jadi rumit lagi, padahal kita butuhnya sekarang. Kalau itu berhasil, sebetulnya kita mungkin, kalau kurang pun, tahun depan kita lihat,” tegas Zulhas.
Jika transaksi berhasil, Zulhas menambahkan, pemerintah akan mengevaluasi situasi pasokan beras pada tahun depan.
Sementara itu, meskipun opsi untuk menambah impor beras tetap ada, Zulkifli tidak menutup kemungkinan adanya pengurangan kebutuhan impor beras, tergantung pada kondisi di lapangan.
“Mungkin bisa kurang sedikit, atau bisa tidak. Karena Pak Mentan kan sudah habis-habisnya nih. Mungkin sudah hampir 100 ribu yang sudah sawah bisa ditanam,” katanya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras nasional pada tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan tahun sebelumnya. Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, mengaitkan penurunan ini dengan fenomena El Niño yang menyebabkan mundurnya musim tanam.
Menanggapi hal tersebut, Moch. Arief Cahyono, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, menjelaskan bahwa meskipun terjadi keterlambatan masa tanam di akhir tahun 2023, produksi beras bulanan dari Agustus hingga Desember 2024 diperkirakan akan jauh melebihi produksi pada bulan yang sama di tahun 2023.
Arief mengungkapkan bahwa peningkatan produksi di tengah tantangan kekeringan menunjukkan bahwa program Penambahan Areal Tanam (PAT) yang diluncurkan oleh Kementan di awal tahun 2024 membuahkan hasil yang positif. Kementan tetap optimis bahwa produksi beras akan terus membaik di masa mendatang, sehingga ketahanan pangan nasional dapat terjaga.
Dengan segala pertimbangan yang ada, pemerintah berupaya mengelola situasi pasokan beras dengan bijaksana. Sambil menunggu keputusan final mengenai impor beras, harapan akan perbaikan produktivitas dalam negeri tetap menjadi fokus utama kebijakan pangan nasional.