Konsep Tuhan Dalam Spiritualitas Jawa

BACA JUGA

OLAHRAGA

TECHNOLOGY

HIBURAN

Oleh : KP Norman Hadinegoro

JCCNetwork.id- Konsep Tuhan dalam spiritualitas Jawa adalah unik, khas, dan berbeda dengan konsep tentang Tuhan versi bangsa-bangsa yang ada di Timur Tengah yang cenderung antropomorfis (bersifat dan berperilaku seperti manusia misalnya senang, marah, cemburu, menghukum dan sebagainya).

- Advertisement -

Spiritualitas Jawa tidak pernah menggambarkan Tuhan dengan konsep sebagai personal atau sosok raksasa di atas langit yang bisa melakukan apa saja terhadap manusia seperti menguji, pemerintah, melarang, menghukum, atau memberi hadiah dan berbagai atribut serta perilaku manusia yang lain.

Dalam spiritualitas Jawa, Tuhan lebih sering disebut dengan istilah Hurip (hidup) atau Sang Hyang Urip (Sang Maha Hidup). Konsep ini lebih bersifat abstrak dan universal dari konsep tentang Tuhan sebagai sosok yang antropomorfis tadi.

Itulah sebabnya dalam spiritualitas Jawa tidak ada istilah menyenangkan Tuhan, memperjuangkan Tuhan, membela Tuhan ataupun berperang atas nama Tuhan, karena Tuhan dipahami sebagai Sumber, Dasar, dan Tujuan dari segala sesuatu, The power Of life it self (Sangkan Paraning Dumadi).

- Advertisement -

Dengan demikian spiritualitas Jawa bisa menghargai dan hidup harmonis selaras dengan kepercayaan dan keyakinan lain karena menganggap semua itu berasal dari Tuhan sehingga tidak ada persaingan untuk menunjukkan atau berebut mengenai Tuhan milik siapa yang lebih benar karena semuanya toh juga berasal dan akan kembali kepada Tuhan juga tanpa ada pembedaan dan diskriminasi sedikitpun.

Itu sebabnya dulu orang Jawa bisa menerima dan mempersilahkan semua agama dari bangsa-bangsa lain (import) untuk bisa masuk, hidup, dan berkembang di negeri ini meskipun pada akhirnya tidak sedikit dari mereka (pendatang) yang kemudian berkembang menjadi arogan, ekspansif, dan bahkan ingin menghilangkan bahkan mengusir Sang Tuan Rumah dari tanahnya sendiri.

Spiritualitas Jawa tidak pernah mengenal misionaris, upaya ekspansi ataupun perekrutan massa. Spiritualitas Jawa juga tidak pernah bicara tentang dominasi untuk menguasai dan mengatur seluruh dunia ke dalam satu sistem dan seragam yang sama.

Spiritualitas Jawa menghargai keagamaan dan perbedaan secara sebenarnya bukan sekedar basa-basi di mulut saja.

Dikarenakan sifatnya yang demikian, maka spiritualitas Jawa juga tidak sibuk mengatur tentang perilaku manusia, melainkan sekedar berusaha membangkitkan kesadaran manusia, karena dengan kesadaran itu, manusia akan bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan sistem dan lembaga yang cenderung akan menciptakan penjara baru bagi umat manusia.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan dokumentasi yang mati dan kaku karena menyadari bahwa kitab yang sejati letaknya ada di hati nurani dan sanubari manusia yang terdalam karena di situlah manusia akan bisa memahami “Tuhan” yang sejati dan bukan Tuhan yang sekedar sebagai “berhala manusia” saja.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan teror, ketakutan, dan ancaman, serta tidak ingin menciptakan perbudakan terhadap manusia berdasar ancaman dan rasa takut. Hanya ada Welas Asih, karena Welas Asih Itulah sifat dan hakikat dari Tuhan yang sejati.

- Advertisement -

BACA LAINNYA

Presiden Prabowo Tinjau Sekolah dan Dapur Umum di Jakarta Timur

JCCNetwork.Id - Presiden Prabowo Subianto melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah sekolah dan dapur umum dalam rangka meninjau pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis di...

BERITA TERBARU

EKONOMI

TERPOPULER