JCCNetwork.id- Bendungan Bendo yang berlokasi di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, telah mulai memberikan dampak positif bagi sektor pertanian setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021. Bendungan yang memiliki kapasitas tampung sebesar 43 juta meter kubik ini kini menjadi andalan untuk mengairi sekitar 7.800 hektare lahan pertanian, tidak hanya di Kabupaten Ponorogo, tetapi juga merambah ke Kabupaten Madiun.
Sunari, seorang petani asal Karanggebang, Kecamatan Jetis, Ponorogo, mengungkapkan bahwa sejak lahan pertaniannya terhubung dengan saluran irigasi Bendungan Bendo, ia dapat menanam padi hingga tiga kali dalam setahun.
“Sudah baik semua kalau pengairannya, lancar karena Bendungan Bendo sudah beroperasi,” kata Sunari.
Sebelum beroperasinya Bendungan Bendo, petani seperti Sunari harus mengandalkan pompa submersible selama musim kemarau, dan tanaman padi jarang menjadi pilihan saat kemarau tiba. Namun kini, ia dan petani lain bisa menanam padi terus-menerus sepanjang tahun.
“Sudah tidak pernah kekeringan lagi, dahulu selalu menanam jagung kalau musim kemarau. Sekarang tanam padi terus, lebih menguntungkan,” terang Sunari.
Hal serupa dirasakan oleh Kusmanto, petani dari Ngasinan, Kecamatan Jetis. Dengan adanya bendungan ini, Kusmanto tak lagi perlu menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya, bahkan pada musim tanam ketiga.
“Dahulu sebelum ada Bendungan Bendo sulit untuk mengairi sawah. Tanaman juga pertumbuhannya agak lambat karena kurang air, sekarang mudah, airnya melimpah,” tutur Kusmanto.
Sementara itu, Dwi Sumarno, petugas pemeliharaan Bendungan Bendo, menjelaskan bahwa bendungan ini tidak hanya untuk kebutuhan irigasi. Bendungan juga menyuplai air baku dengan debit mencapai 370 liter per detik, yang dimanfaatkan oleh warga sekitar. Menurutnya, kini beberapa dam di wilayah Ponorogo dan Madiun yang sebelumnya kering saat musim kemarau, seperti Dam Ngindeng, Dam Kori, dan Dam Wilangan, tetap memiliki cadangan air hingga musim tanam ketiga.
“Dahulu kalau musim kemarau seperti ini beberapa dam, seperti Dam Ngindeng, Dam Kori, Dam Wilangan, Dam Madiun selalu kering, sekarang musim tanam ketiga air full,” ujar Dwi.
Meski puncak musim kemarau sedang berlangsung, Dwi memastikan kapasitas tampung Bendungan Bendo masih berada pada 50 hingga 60 persen dari total kapasitas.
“Jadi menambah pendapatan untuk masyarakat sekitar sini, dahulu memang ada dua RT yang harus pindah karena digunakan untuk bendungan,” imbuh Dwi.
Selain manfaat untuk pertanian, masyarakat sekitar juga memanfaatkan bendungan ini untuk menangkap ikan, menambah pendapatan keluarga. Meski demikian, rencana menjadikan Bendungan Bendo sebagai destinasi wisata masih menunggu proses sertifikasi untuk menjamin keamanan bendungan bagi pengunjung.
“Jadi semua bangunan yang ada di bendungan ini masih dikontrol dengan alat yang ditanam di beberapa titik, ketika nanti sudah layak, maka kebutuhan untuk sektor pariwisata akan dibuka untuk umum,” ungkap Dwi.