JCCNetwork.id-Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, telah menggandeng Universitas Brawijaya (UB), Malang, dalam upaya mengoptimalkan Program Kota Pintar.
Dalam keterangan resminya pada hari Senin, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri, Apip Permana, mengungkapkan tujuan kolaborasi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terkait konsep kota pintar serta melakukan peninjauan kembali terhadap Rencana Induk Kota Pintar Kota Kediri.
Menurut Permana, meskipun konsep masterplan smart city telah diterapkan sejak tahun 2020, namun belum pernah dilakukan peninjauan kembali.
Oleh karena itu, Pemkot Kediri bersama dengan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang akan melakukan review terhadap masterplan tersebut guna menyesuaikannya dengan perkembangan Kota Kediri saat ini serta mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan yang ada.
Permana juga menegaskan bahwa konsep smart city bukanlah sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan yang harus diadopsi oleh seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Di Kota Kediri, konsep smart city telah menjadi bagian integral dari pembangunan perkotaan dengan pengelolaan berbasis TIK dan non-TIK.
Hal ini tercermin dalam Masterplan Smart City Kota Kediri Tahun 2020-2029.
Dalam waktu dekat, Pemkot Kediri bersama akademisi UB akan melakukan kunjungan ke beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) guna menggali informasi terkait rencana kerja OPD terkait smart city.
Permana berharap bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan akademisi dapat menghasilkan rencana induk yang berkualitas dan dapat diimplementasikan secara efektif di Kota Kediri.
Sementara itu, Widhy Hayuhardhika dari Fakultas Ilmu Komputer UB menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam membangun kota pintar, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah.
Enam pilar kota pintar yang meliputi smart governance, smart branding, smart economy, smart living, smart society, dan smart environment harus dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.
“Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan kota pintar bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga melibatkan aspek struktur, infrastruktur, kebijakan, dan sumber daya manusia,” ujar Hayuhardhika.