JCCNetwork.id- Harga emas dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah pada awal pekan ini. Pada Senin (21/4/2025), harga emas (XAUUSD) sempat menembus level USD3.450 per troy ons sebelum mengalami koreksi ke kisaran USD3.419. Lonjakan tajam ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian global yang dipicu oleh ketegangan politik di Amerika Serikat dan spekulasi arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Peningkatan tajam harga emas terjadi tak lama setelah pernyataan kontroversial dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang secara terbuka mengkritik kebijakan moneter The Fed. Trump menyebut Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebagai “pecundang besar” karena dinilai lambat dalam menurunkan suku bunga. Serangan verbal ini menimbulkan kegelisahan di pasar keuangan dan memperkuat permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
“Tekanan beli yang kuat masih mendominasi pasar. Jika tren ini berlanjut, maka proyeksi harga emas berpeluang menyentuh target psikologis berikutnya di level USD3.500,” ujar Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha dalam keterangan tertulisnya.
Meski demikian, Nugraha memperingatkan potensi terjadinya koreksi teknikal jika harga gagal mempertahankan momentum penguatannya. Menurutnya, jika terjadi pembalikan tren (reversal), harga emas berpotensi terkoreksi ke area support terdekat di kisaran USD3.374 per troy ons.
“Jika terjadi reversal, maka penurunan wajar berpotensi mengarah ke area support terdekat di USD3.374,” tambahnya.
Situasi politik yang memanas di Washington bukan satu-satunya faktor yang mendorong reli harga emas. Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataan terbarunya mengakui potensi terjadinya skenario stagflasi—yaitu perlambatan ekonomi disertai inflasi tinggi—dan menyatakan bahwa bank sentral saat ini berada dalam mode “tunggu dan lihat”.
Ketidakjelasan arah kebijakan moneter ini menambah kekhawatiran pasar. Indeks Dolar AS (DXY) jatuh ke posisi terendah dalam tiga tahun terakhir di level 97,92. Meski imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik ke 4,373 persen, investor tetap lebih memilih emas sebagai aset lindung nilai terhadap gejolak ekonomi dan inflasi.
Berdasarkan data dari pasar uang, pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga hingga 94,5 basis poin hingga akhir 2025, dengan peluang penurunan pertama diproyeksikan terjadi pada Juli mendatang.
Dalam jangka pendek, fokus pasar akan tertuju pada sejumlah pidato pejabat The Fed, termasuk pernyataan Wakil Ketua Philip Jefferson dan Presiden The Fed Philadelphia, Patrick Harker. Selain itu, data ekonomi penting seperti indeks PMI S&P Global dan pesanan barang tahan lama akan menjadi perhatian pelaku pasar sebagai indikator arah pergerakan harga emas.
“Dengan faktor teknikal yang mengindikasikan potensi kenaikan dan ketidakpastian global yang mendorong permintaan terhadap emas, prospek harga emas hari ini sangat positif. Potensi untuk menembus level USD3.500 semakin terbuka lebar, namun trader/investor disarankan untuk tetap menjaga manajemen risiko yang ketat mengingat volatilitas pasar yang tinggi,” kata dia.