JCCNetwork.id- Pertemuan Pemimpin Kepulauan Pasifik (PALM) ke-10 telah dimulai di Tokyo pada Selasa (16/7), fokus utamanya adalah perubahan iklim, keamanan maritim, dan isu-isu strategis lainnya.
Meskipun kehadiran Presiden Kiribati Taneti Maamau dan Presiden Kaledonia Baru Louis Mapou terhambat oleh masalah dalam negeri, pertemuan ini tetap mengumpulkan perwakilan tingkat tinggi dari Jepang dan sejumlah negara Kepulauan Pasifik seperti Australia, Selandia Baru, Fiji, Papua Nugini, dan Polinesia Prancis.
Agenda utamanya meliputi perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, keamanan maritim, serta isu-isu ekonomi termasuk pelepasan air dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Jepang juga diharapkan akan menyediakan data meteorologi satelit real-time dan mendiskusikan rencananya terkait pembuangan air olahan dari Fukushima.
Pertemuan ini juga menyoroti integrasi regional sejalan dengan Strategi 2050 untuk Benua Pasifik Biru, sebuah konsep yang menekankan persatuan geografis, budaya, dan tantangan yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik.
PALM, yang diadakan setiap tiga tahun sejak 1997, menjadi penting dalam konteks meningkatnya dinamika geopolitik di kawasan Pasifik, termasuk perluasan pengaruh China.
Konsep “Pasifik Biru” menggambarkan kesatuan kolektif negara-negara kepulauan Pasifik berdasarkan hubungan geografis dan budaya yang saling terkait.