JCCNetwork.id (Liputan Khusus HUT RI) – Saksi sejarah salah satu pejuang pasukan Hizbullah Pimpinan Kyai Noer Ali yang kini masih hidup adalah M.Usman, Ia bersama keluarga menetap di Kampung pintu air, Harapan Mulya, Medan Satria Bekasi
Di usia 104 tahun, dengan kondisi fisik sudah renta, Usman masih berusaha berbagi kisah heroik berjuang bersama anak buahnya di wilayah Bekasi, hingga Ia diberi kenaikan pangkat dari Kopral naik Sersan Mayor oleh Kyai Noer Ali.
Usman mengingat, saat berperang ketika massa transisi peralihan penjajahan yang dilakukan bangsa Belanda ke Jepang tahun 1940-an.
Ia berpangkat Kopral saat ikut pasukan Hizbullah. Saat bertempur di Kali Bekasi hingga pertempuran di Kaliabang Bungur dan pernah dikepung pasukan tentara Belanda di Kuburan Jago. Meski dikepung, Ia tidak menyerah, melakukan perlawanan.
Usman sempat adu pendapat dengan anak buahnya lantaran mereka dikepung pasukan tentara Belanda. Namun, Ia punya taktik jitu sehingga pasukan Belanda kocar kacir dibuatnya.
Usai baku tembak dengan pasukan Belanda, Usman serta 40 orang anak buahnya berhasil selamat dari kepungan musuh.
“Gue dan 40 orang (anak buah), satu pintu (lepas tembakan), duar, der, dar, der, dor. Di kiri kanan, tar tor tar tor pada kebuka jalan, pada kabur tuh Belanda. Pas Gue keluar, anak buah gue semuanya 40 orang selamat,” kenang pria kelahiran Gabus, Tambun, Bekasi ini.
Keberhasilan Usman mendapat apresiasi dari Pimpinan Laskar Hizbullah yakni Kyai Noer Ali. Usman mendapat kenaikan pangkat, dari Kopral menjadi Sersan Mayor, dan terakhir Mayor.
Kenaikan pangkat tersebut langsung dari titah ucapan Pimpinan pasuskan Hizbullah, KH Noer Ali kala itu.
“Siapa yang bikin selamat ini (40 pasukan hizbullah)?. Naik pangkat Lu, dari awalnya Kopral jadi Sersan Mayor,” kata Usman menirukan ucapan Kyai Noer Ali saat itu.
Di masa penjajahan, Usman sempat memimpin 200 pasukan untuk berperang. waktu Indonesia merdeka tahun 1945 pangkatnya Sersan Mayor. Tahun1950 sudah menjadi Mayor.
Ia sempat dipercaya menjaga kampung di berbagai wilayah, diantaranya Kaliabang, Babelan, Ujung Harapan, hingga daerah Cikarang.
Namun, Usman lebih memilih pensiun menjadi tentara usai Indonesia merdeka. Dirinya memilih untuk berdagang jualan ayam ke warung warung makan.
“Gue udah gak jadi tentara, Gue minta berhenti,” tutup M. Usman.