JCCNetwork.id- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengkritisi langkah Presiden Jokowi yang melibatkan sejumlah artis dan influencer dalam kunjungan kerjanya ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Salah satu artis yang turut hadir adalah Raffi Ahmad, sosok populer di dunia hiburan Indonesia.
Jamiluddin menilai bahwa keikutsertaan influencer dalam kunjungan kerja presiden di IKN menimbulkan tanda tanya besar.
“Sebab, tidak jelas relevansi dan urgensi kehadiran influencer dengan rencana Jokowi berkantor tiga hari di IKN,” kata Jamiluddin dalam keterangannya, Senin (29/7/2024).
Menurut Jamiluddin, ada dua kemungkinan alasan di balik keputusan Jokowi melibatkan influencer dalam kunjungan tersebut. Kemungkinan pertama adalah upaya untuk menanggulangi isu-isu negatif yang telah lama beredar terkait IKN. Isu-isu tersebut mencakup keterlambatan pembangunan dan minimnya minat investor untuk berinvestasi di IKN, yang membuat pesimis banyak kalangan tentang kelanjutan proyek ini.
“Isu negatif itu terus menguat hingga Jokowi gagal berkantor di IKN pada awal Juli 2024. Pembangunan dasar yang belum selesai dijadikan dasar untuk menyerang ketidakberesan pembangunan IKN,” kata Jamiluddin.
Dengan kehadiran influencer, Jokowi diduga berusaha menepis isu-isu tersebut.
“Untuk itu, Jokowi tampaknya sengaja melibatkan influencer dalam meresmikan jembatan. Bahkan Jokowi bersama influencer menaiki motor untuk menggambarkan kelayakan IKN,” kata Jamiluddin.
Jamiluddin menjelaskan bahwa para influencer yang diajak ke IKN akan mengemas informasi mengenai agenda presiden sehingga terlihat positif.
“Substansi isinya, meskipun akan dikemas beragam format penyajian, tentu ingin menyampaikan semua pembangunan di IKN berjalan lancar. Pesan-pesan itu tentu untuk meng-counter tidak benar pembangunan di IKN mengalami banyak kendala,” ujar Jamiluddin.
Namun, Jamiluddin skeptis tentang efektivitas pendekatan ini dalam menarik investor besar.
“Kalau ini juga yang menjadi tujuan menghadirkan influencer, tentu relatif keliru. Sebab, investor kelas kakap tentu tidak mengkonsumsi medsos yang kerap digunakan influencer untuk menyampaikan kontennya. Bahkan investor juga tidak menjadi pengikut influencer tersebut,” kata Jamiluddin.
“Padahal, semua tahu, pesan akan berpeluang menimbulkan efek tertentu minimal pesannya sampai kepada khalayak sasaran. Karena itu, tentu sulit konten yang dikemas influencer dapar mempengaruhi investor untuk berinvestasi,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa jika tujuan dari kehadiran influencer adalah untuk menarik minat investor, maka itu adalah langkah yang keliru dan tidak efisien.
“Ini artinya, melibatkan influencer dalam kegiatan Jokowi berkantor tiga hari di IKN sangat tidak efisien dan tidak efektif,” kata Jamiluddin.
Kemungkinan kedua, lanjut Jamiluddin, adalah upaya pemerintah untuk menggalang dukungan publik terhadap pembangunan IKN.
Jamiluddin menekankan bahwa kehadiran influencer diharapkan bisa membangkitkan minat masyarakat untuk mendukung IKN. Namun, ia juga memperingatkan bahwa pendekatan ini bisa menjadi pedang bermata dua.
“Hal itu terjadi karena penetapan IKN dilakukan dengan pendekatan top down, bukan bottom up sebagaimana layaknya di negara demokrasi. Ini artinya, ibu kota negara dipindahkan semata keputusan elite politik, khususnya Presiden Joko Widodo. Bahkan Jokowi yang menetapkan tempat ibu kota yang baru,” kata Jamiluddin.
“Hal itu membuat IKN seolah tanpa makna. Sebab, apalah artinya pembangunan IKN bila sebagian rakyatnya saja tidak mendukung,” kata Jamiluddin.