JCCNetwork.id- Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Ersento M. Sitorus menyampaikan, penggunaan politik identitas untuk kepentingan sempit adalah penghkianatan terhadap para pendiri bangsa.
“Ketika politik identitas atau politisasi agama dipakai, maka itu dikatakan penghkianatan terhadap bangsa,”
ungkap Fernando, dikutip Koma.id Rabu (5/4/2023).
Para pendiri Bangsa Indonesia, kata Fernando, jauh sebelumnya telah bersatu tanpa memepersoalkan perbedaan agama, suku, dan latar belakang apapun.
Ia melanjutkan bahwa, tanpa adanya kesatuan dari pendiri bangsa dengan mengesampingkan suku, agama, maka negara ini tidak akan terbentuk.
“Mereka berbicara bagaimana Indonesia bisa merdeka, bisa terbentuk, bisa mewujudkan negara yang adil dan makmur,” tuturnya.
Direktur Rumah Politik tersebut menambahkan bahwa jangan kembali berbicara mundur. Makanya sesuatu yang sudah diputuskan oleh para pendiri bangsa tapi kita khianati dengan mengungkit-ungkit lagi tentang persoalan-persoalan agama uintuk kepentigan tujuan politik.
“Apabila belajar dari tahun politik 2017 dan 2019, sampai sekarang kan masih ada gesekan-gesekan yang masih terjadi, seperti ada istilah cebong dan kadrun dan ini pun belum selesai,” tutupnya.