JCCNetwork.id-Laga hidup-mati akan dijalani Timnas Indonesia saat menjamu Timnas China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pertandingan yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada 5 Juni 2025 itu dipastikan menjadi laga penuh tekanan, terutama bagi skuad Garuda.
Saat ini Indonesia menempati peringkat keempat Grup C dengan raihan sembilan poin. Sementara itu, China berada di posisi juru kunci dengan koleksi enam poin. Meski demikian, posisi klasemen tidak bisa dijadikan acuan mutlak. China terbukti bisa memberikan kejutan setelah menaklukkan Indonesia 2-1 di pertemuan sebelumnya yang digelar di kandang mereka.
Hasil negatif tersebut menjadi pelajaran berharga. Kemenangan menjadi harga mati bagi pasukan Shin Tae-yong jika ingin menjaga asa lolos ke babak ketiga kualifikasi. Apalagi setelah laga ini, Indonesia akan bertandang ke markas Jepang pada 10 Juni di Suita City Football Stadium, laga yang diprediksi bakal jauh lebih berat.
Kembalinya striker andalan China, Wu Lei, turut menambah tekanan. Meski belum pulih 100 persen, Wu Lei tetap menjadi ancaman nyata berkat pengalaman dan insting golnya yang tajam. Penampilan impresifnya meski hanya sebagai pemain pengganti di laga sebelumnya menunjukkan bahwa ia tetap menjadi senjata mematikan bagi lini serang Negeri Tirai Bambu.
Selain Wu Lei, ada pula Jiang Guangtai alias Tyias Browning yang menjadi pilar kokoh di lini pertahanan China. Pemain naturalisasi berpostur tinggi ini telah mengoleksi 33 penampilan bersama timnas dan dikenal sebagai tembok tangguh di barisan belakang. Pengalamannya bakal menyulitkan barisan depan Indonesia yang dipimpin Ole Romeny.
China mungkin datang ke Jakarta dengan beban lebih ringan, justru membuat mereka bisa bermain tanpa tekanan. Situasi ini berpotensi menyulitkan Indonesia yang berada dalam tekanan wajib menang. Tim Garuda perlu mewaspadai kelengahan serta belajar dari pengalaman pahit di pertemuan pertama, di mana rasa percaya diri tinggi berujung kekalahan.
Pelatih Shin Tae-yong dituntut menyiapkan taktik matang untuk meredam agresivitas lini serang lawan, sekaligus mengantisipasi serangan balik cepat. Koordinasi lini belakang dan gelandang bertahan menjadi krusial agar pertahanan tetap solid.
Dengan dua laga tersisa di grup, duel melawan China akan sangat menentukan nasib Indonesia dalam perebutan tiket ke fase berikutnya. Kemenangan tak hanya memperpanjang napas perjuangan, tetapi juga menjadi suntikan moral menjelang laga berat kontra Jepang. Apakah Garuda mampu terbang tinggi atau justru terjungkal di kandang sendiri? Semua akan terjawab di SUGBK pada 5 Juni mendatang.