JCCNetwork.Id –Harapan AC Milan untuk melangkah lebih jauh di Liga Champions musim ini mendapat pukulan telak setelah takluk 0-1 dari Feyenoord dalam laga leg pertama playoff di Stadion De Kuip, Rotterdam, Kamis (13/2) dini hari WIB. Namun, sang pelatih, Sergio Conceicao, menegaskan bahwa perjuangan belum usai dan ia yakin timnya bisa membalikkan keadaan di leg kedua di San Siro.
Keputusan taktis Conceicao untuk menurunkan keempat penyerang bintangnya secara bersamaan—Santiago Gimenez, Joao Felix, Rafael Leao, dan Christian Pulisic—menjadi sorotan utama dalam pertandingan ini. Sayangnya, taruhan besar itu tidak membuahkan hasil, justru membuat Milan kesulitan mengembangkan permainan.
Laga baru berjalan beberapa menit ketika kesalahan fatal kiper Mike Maignan membuat Milan tertinggal lebih dulu. Blundernya memberi Igor Paixao peluang emas untuk mencetak gol dengan mudah, dan sejak saat itu, Rossoneri kesulitan menemukan ritme permainan mereka.
Meskipun menguasai bola, Milan gagal menciptakan banyak peluang berbahaya.
Peluang terbaik mereka datang dari Tijji Reijnders di awal pertandingan, tetapi tidak cukup untuk menyamakan kedudukan. Sementara itu, Feyenoord bermain agresif, menunjukkan intensitas tinggi yang membuat Milan tertekan sepanjang laga.
“Anda memenangkan pertandingan dengan duel dan agresi, dan Feyenoord memiliki semua itu malam ini,” ujar Conceicao kepada Sky Sport Italia usai laga. “Kami tahu atmosfer di sini akan sangat panas, dan mereka selalu tampil lebih baik di kandang. Ini Liga Champions, atmosfer ini seharusnya memotivasi kami, bukan malah membuat kami kesulitan.”
Conceicao tidak menutup mata terhadap kekurangan timnya. Ia menyadari bahwa Milan masih harus menemukan keseimbangan yang tepat dalam permainan mereka, terutama setelah menerapkan strategi menyerang yang agresif di laga ini.
“Segera setelah kick-off, kami punya peluang lewat Tijji Reijnders, tetapi kemudian kami kebobolan akibat insiden yang bisa terjadi dalam sepak bola,” katanya. “Kami memiliki beberapa peluang untuk menyamakan kedudukan, dan seharusnya bisa berbuat lebih banyak.
Ini belum berakhir, masih terbuka lebar untuk leg kedua, dan kami membutuhkan respons yang berbeda pada hari Selasa.”
Sejak mengambil alih kursi pelatih Milan pada 30 Desember, Conceicao telah mencoba mengangkat performa tim. Namun, inkonsistensi masih menjadi masalah utama yang terus menghantui Rossoneri.
“Kita semua, termasuk saya, harus memberikan lebih banyak. Kami harus meningkatkan level permainan agar pertandingan menjadi lebih mudah,” lanjutnya. “Saya memiliki skuad dengan kualitas teknis tinggi, tetapi kami juga perlu membawa karakteristik lain yang sama pentingnya. Jika tidak, ini akan menjadi sulit.”
Keputusan Conceicao untuk menurunkan empat penyerang sekaligus mendapat kritik, termasuk dari analis dan mantan pelatih Fabio Capello. Banyak yang mempertanyakan apakah ia meremehkan Feyenoord dan terlalu memaksakan pendekatan ofensif.
Namun, Conceicao dengan tegas membantah anggapan tersebut. “Saya tidak pernah meremehkan siapa pun di sepak bola. Kami mempersiapkan laga ini sebagaimana kami mempersiapkan Final Liga Champions,” tegasnya. “Saya tahu betapa kerasnya saya bekerja untuk sampai di sini, baik sebagai pemain maupun pelatih selama 14 tahun.
Saya menghormati lawan, baik dari liga bawah maupun di Liga Champions, dengan cara yang sama.”
Dia juga menepis anggapan bahwa strategi menyerang Milan menjadi penyebab utama kekalahan mereka. “Semua orang bisa menjadi analis yang sempurna setelah pertandingan selesai.
Saya tahu banyak yang penasaran dengan keputusan memainkan empat penyerang sekaligus, tetapi sepak bola tidak hanya tentang mereka berempat. Masih ada tujuh pemain lain di lapangan,” jelasnya.
“Tugas saya adalah menemukan keseimbangan yang tepat dalam tim ini, dan saya harus terus mengusahakannya.”
Selain masalah keseimbangan tim, pertandingan ini juga menyoroti kelemahan Milan dalam mengatur serangan dari sisi kiri. Keberadaan Rafael Leao dan Theo Hernandez yang cenderung bermain melebar membuat serangan Milan kurang variatif. Joao Felix, yang memiliki kecenderungan bermain di area yang sama, juga membuat pergerakan Milan menjadi terlalu terbaca.
Situasi ini memberikan keuntungan bagi Feyenoord, yang mampu mengeksploitasi ruang kosong dan membuat Kyle Walker kewalahan menghadapi Paixao. Jika Milan ingin membalikkan keadaan di San Siro, Conceicao harus menemukan cara untuk membuat permainan timnya lebih seimbang dan efektif.
Dengan kekalahan ini, Milan berada dalam posisi sulit. Namun, mereka masih memiliki satu kesempatan lagi di leg kedua. Apakah Rossoneri mampu bangkit dan membalikkan defisit? Semua akan terjawab di San Siro pekan depan.