JCCNetwork.id- Lembaga Meteorologi Dunia, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), telah mengumumkan bahwa fenomena El Nino telah berakhir dan akan segera digantikan oleh La Nina. Fenomena ini membawa perubahan signifikan pada kondisi cuaca di Indonesia.
Selama terjadinya El Nino, Indonesia mengalami suhu yang cenderung hangat dan kering, yang mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, La Nina akan membawa suhu yang lebih basah, sehingga negara ini akan menghadapi cuaca hujan.
“Bahwa saat ini kondisi telah netral atau fenomena El Nino telah berakhir. Berbagai Lembaga Meteorologi di Dunia masuk BMKG telah menyatakan bahwa indeks ENSO adalah indeks untuk mengetahui apakah ini dalam kondisi El Nino, La Nina atau netral. Jadi indeks ENSO sebagai indikator El Nino telah mencapai nilai netral yaitu sebesar 0,4 sejak awal Mei 2024. Kondisi Netral ini terus berlangsung hingga pertengahan Juli 2024 dengan indeks sebesar 0,1,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman media sosial resmi BMKG, Senin (29/7/2024).
Dwikorita menjelaskan bahwa penurunan intensitas El Nino ini disebabkan oleh mendinginnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Hal inilah yang menjadi dasar untuk menyatakan bahwa El Nino telah berakhir dan kondisi cuaca saat ini berada pada fase netral.
“Sebentar lagi kita akan, jadi kami telah memprediksi La Nina, jadi suhu muka air laut di Samudra Pasifik sudah mulai mendingin dan apabila semakin mendingin maka masuk ke dalam indeks yang dinyatakan sebagai La Nina,” ujar Dwikorita.
Fenomena La Nina diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus hingga September, tepat di puncak musim kemarau 2024.
“Diprediksi sekitar di bulan Agustus, September atau Agustus Puncak musim kemarau ini La Nina akan mulai masuk dengan mendinginnya, semakin mendinginnya suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di ekuator.”
“Jadi, La Nina yang diprediksi mulai periode Agustus 2024 sebenarnya merupakan fenomena atmosfer yang ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bagian ekuator,” paparnya.
Dampak dari La Nina bagi wilayah Indonesia adalah meningkatnya jumlah uap air yang masuk ke wilayah ini, sehingga memicu pertumbuhan awan hujan yang lebih banyak dan meningkatkan potensi terjadinya hujan di beberapa daerah.
Dwikorita menambahkan bahwa La Nina akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan hingga 40%. Wilayah-wilayah yang akan terdampak di antaranya adalah Jawa, bagian selatan dan timur Sumatra, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, dan sebagian Maluku.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah, meskipun beberapa wilayah lainnya di Indonesia masih mengalami kekeringan.
“Jadi perlu waspada adanya potensi bencana meteorologi basah meskipun di sebagian wilayah lainnya di Indonesia justru mengalami kekeringan. Jadi di musim kemarau kali ini ada sebagian yang masih mengalami kekeringan namun sebagian wilayah lain justru dikhawatirkan akan mengalami banjir, banjir bandang dan longsor dengan masuknya La Nina, meskipun levelnya lemah tergantung pada kondisi kerusakan lahannya,” pungkasnya.