JCCNetwork.id-Kebakaran besar yang melanda California pada Selasa (7/1/2025) telah mengakibatkan kehancuran luar biasa di kawasan Los Angeles, dengan sedikitnya lima korban jiwa dan lebih dari 100.000 orang terpaksa mengungsi.
Altadena, salah satu kawasan yang terdampak, kini terlihat seperti zona perang, dipenuhi puing-puing rumah yang terbakar, dengan hanya cerobong asap dan bara api yang tersisa.
Warga setempat, seperti William Gonzales, yang kehilangan rumahnya, mengungkapkan kepedihan mendalam atas kehancuran yang menimpa mereka.
“Ini rumah kami,” ujar William Gonzales, warga sekitar, kepada AFP sambil menunjuk puing-puing yang masih mengepulkan asap, di mana hanya cerobong dan bara yang tersisa.
“Kami kehilangan segalanya. Api telah melahap semua mimpi kami,” tambahnya dengan nada putus asa.
Sementara itu, pertanyaan besar yang mengemuka di kalangan warga adalah apakah mereka akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi untuk rumah-rumah yang terbakar habis.
Seorang warga, Jesus Hernandez, menunjukkan kebingungannya terkait kemungkinan klaim asuransi bagi rumah orang tuanya yang bernilai 1,3 juta dolar AS.
“Ini adalah seluruh hidup saya,” katanya dengan sedih. Jesus Hernandez, seorang warga, tampak kebingungan mengenai apakah orang tuanya akan mendapat ganti rugi untuk rumah mereka yang bernilai 1,3 juta dollar AS.
“Semoga asuransi bisa menanggung sebagian besar kerugian. Kalau tidak, kami harus tinggal dengan teman atau orang lain,” ujarnya.
Kebakaran yang melanda wilayah ini diperburuk oleh angin kencang dari Santa Ana, yang kini mencapai kekuatan tertinggi sejak 2011, dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam.
Angin ini menyebarkan bara api hingga empat kilometer, menciptakan titik api baru lebih cepat daripada yang dapat dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.
Di Pacific Palisades, upaya pemadaman semakin terkendala ketika hydrant berhenti berfungsi setelah pasokan air habis.
Di tengah situasi yang semakin buruk, warga seperti David Stewart tetap berjuang untuk menyelamatkan harta benda mereka meski tanpa dukungan dari pasokan air.
“Pemerintah mematikan pasokan air kami, jadi kami menggunakan sekop untuk melempar tanah ke api,” katanya.
“Kami berhasil menyelamatkan tiga rumah tetangga sejauh ini, tetapi api masih menuju rumah kami,” tambahnya.
Kondisi ini menambah beban bagi warga yang tidak hanya harus menghadapi trauma kehilangan tempat tinggal tetapi juga ketidakpastian mengenai hak mereka untuk mendapatkan kompensasi dari perusahaan asuransi.