JCCNetwork.id-Insiden penghinaan rasis kembali mencoreng wajah sepak bola Spanyol. Kali ini, bek kiri muda Barcelona, Alejandro Balde, menjadi korban dalam pertandingan lanjutan Liga Spanyol melawan Getafe, Sabtu (18/1/2025).
Balde, yang tampil sebagai starter dalam laga yang berakhir imbang 1-1 tersebut, mengungkapkan bahwa ia menerima hinaan rasis dari sejumlah pendukung Getafe. Ia merasa perlu bersuara tentang pengalaman buruk itu.
“Saya menerima penghinaan rasis, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, dan saya pikir saya harus mengatakannya di sini,” kata Balde.
Insiden tersebut terjadi di babak pertama. Balde, yang dikenal sebagai salah satu bek kiri muda terbaik di dunia saat ini, langsung melaporkan kejadian itu kepada wasit. Namun, pertandingan tetap berjalan tanpa ada tindakan tegas yang terlihat di lapangan.
Kasus rasisme yang menimpa Balde menambah panjang daftar insiden serupa di sepak bola Spanyol. Fenomena ini seolah menjadi noda hitam yang terus menghantui kompetisi.
Tidak hanya di level tertinggi, penghinaan rasis juga terjadi di divisi kedua.
Pada hari yang sama, pemain Elche, Bambo Diaby, menerima hinaan serupa saat timnya bermain imbang 1-1 melawan Sporting Gijon. Dua kasus dalam waktu yang hampir bersamaan ini menunjukkan bahwa rasisme belum berhasil diberantas di sepak bola Spanyol.
Beberapa tahun terakhir, insiden rasisme memang menjadi sorotan besar, terutama setelah pemain depan Real Madrid, Vinícius Júnior, kerap menjadi sasaran penghinaan rasial. Vinícius bahkan beberapa kali menunjukkan keberaniannya dengan melawan tindakan rasis tersebut di media sosial dan meminta otoritas sepak bola untuk bertindak lebih tegas.
Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) dan operator Liga Spanyol kerap menyatakan komitmen mereka untuk melawan rasisme. Namun, serangkaian insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa serius tindakan yang telah diambil.
Dalam kasus Balde, para pendukung Getafe yang melakukan penghinaan rasis sejauh ini belum mendapatkan hukuman. Hal ini mengundang kritik dari berbagai pihak yang menilai liga dan klub seharusnya mengambil tindakan lebih tegas terhadap pendukung yang berperilaku buruk.
Alejandro Balde, yang merupakan pemain jebolan akademi La Masia, mendapatkan banyak dukungan setelah menyuarakan pengalamannya. Para pemain, klub, dan suporter antirasisme menyerukan solidaritas untuk Balde dan korban rasisme lainnya.
Dukungan ini diharapkan dapat memberikan tekanan lebih besar kepada pihak berwenang untuk tidak lagi mengabaikan isu serius ini. Sepak bola, sebagai olahraga yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat, seharusnya menjadi ruang bebas dari diskriminasi dan kebencian.
Insiden ini menjadi ujian besar bagi Liga Spanyol. Apakah mereka mampu mengambil langkah nyata untuk menghentikan budaya rasisme di stadion, atau apakah kasus seperti ini akan terus berulang tanpa ada penyelesaian berarti?
Yang jelas, suara seperti yang disampaikan Alejandro Balde dan Vinícius Júnior menjadi pengingat bahwa sepak bola harus menjadi panggung untuk kebersamaan, bukan kebencian.
Pertandingan bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah, tetapi juga soal nilai-nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi.