JCCNetwork.id-Tragedi Kanjuruhan yang merenggut nyawa 135 orang pada 2022 masih meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Meski telah berlalu lebih dari dua tahun, rasa sakit akibat kehilangan orang-orang tercinta belum juga sirna. Lebih dari itu, kekecewaan atas janji-janji yang tidak kunjung ditepati oleh pemerintah terus menghantui mereka.
Rini Hanifah, ibu dari Agusriansyah Tole, salah satu korban tewas dalam tragedi tersebut, tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya terhadap Presiden Joko Widodo.
Dalam keterangannya usai menghadiri sidang permohonan restitusi di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (10/12/2024), ia mengungkapkan bahwa janji Jokowi untuk menuntaskan kasus ini tak ubahnya angin lalu.
“Waktu itu di Rumah Sakit Saiful Anwar, bapak Jokowi bilang akan menuntaskan tragedi Kanjuruhan. Tapi sampai sekarang, mana buktinya?” kata Rini, usai menghadiri sidang permohonan restitusi di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (10/12/2024).
Menurutnya, janji tersebut seolah hanya disampaikan untuk meredam kemarahan keluarga korban tanpa diikuti oleh langkah nyata.
Rini melanjutkan, tragedi ini bukan sekadar persoalan angka atau statistik, tetapi menyangkut nyawa manusia yang tak ternilai.
“Mungkin itu cuma omong-kosong supaya keluarga korban tenang. Ini nyawa, bukan hewan. Anak-anak kami pergi ke stadion untuk mencari hiburan, tapi malah kehilangan nyawa. Sebagai presiden, seharusnya dia mendukung kami, tapi nyatanya tidak,” ujarnya dengan nada emosional.
Kekecewaan Rini terhadap Jokowi tidak berhenti pada janji yang tak terpenuhi. Ia bahkan merasa bahwa mantan presiden itu tidak lagi layak dianggap sebagai pemimpin yang bisa diandalkan.
“Gak bisa dianggap sebagai presiden Jokowi itu. Dia cuma janji-janji saja ke keluarga korban, bohong,” tegasnya.
Baginya, rasa kehilangan yang dialami keluarga korban seharusnya direspons dengan tindakan nyata, bukan sekadar retorika politik. Namun, harapan itu pupus seiring dengan berjalannya waktu tanpa ada perkembangan signifikan dalam kasus Kanjuruhan.
“Mungkin setelah pergantian presiden ini, saya mohon kepada bapak Prabowo untuk mengawal tragedi Kanjuruhan. Saya ingin beliau berpihak kepada keluarga korban, tidak seperti presiden sebelumnya,” tutur Rini.
Kini, Rini menaruh harapan besar kepada Presiden Prabowo Subianto yang baru menjabat. Ia berharap, di bawah kepemimpinan Prabowo, tragedi ini dapat kembali diusut dengan serius.
Rini juga menekankan pentingnya langkah konkret dari pemerintah untuk menegakkan keadilan bagi para korban.
“Jangan seperti Jokowi yang hanya janji-janji. Kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata,” pungkasnya.
Dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan, keluarga korban tak hanya berhenti pada tuntutan moral. Sebanyak 73 keluarga telah mengajukan gugatan ganti rugi dengan nilai total Rp17,5 miliar. Namun, proses hukum yang berjalan lambat membuat mereka merasa bahwa upaya ini masih jauh dari harapan.
Tragedi Kanjuruhan menjadi luka yang terus terbuka, bukan hanya karena kehilangan yang dirasakan, tetapi juga karena kegagalan pemerintah untuk memberikan keadilan.
Harapan kini bergantung pada langkah yang akan diambil pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Keluarga korban terus bersuara, berharap tragedi ini menjadi pelajaran dan tidak terulang di masa depan.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan bagi korban tragedi Kanjuruhan seharusnya menjadi prioritas.
Namun, waktu yang terus berlalu tanpa tindakan nyata membuat luka ini semakin sulit untuk disembuhkan. Apakah pemerintahan baru akan mampu menjawab harapan keluarga korban? Hanya waktu yang akan menjawab.