JCCNetwork.Id –Atletico Madrid kembali merasakan pahitnya kekalahan dari rival sekota mereka, Real Madrid, dalam ajang Liga Champions. Dalam pertandingan babak 16 besar yang berlangsung pada Kamis (13/3/2025), Atletico harus menyerah melalui adu penalti dengan skor 2-4 setelah agregat tetap imbang 2-2. Hasil ini menambah daftar panjang luka Atletico setiap kali bertemu Los Blancos di kompetisi tertinggi Eropa.
Bagi Atletico Madrid, hasil ini bukan sekadar kekalahan, tetapi sebuah pengulangan dari sejarah kelam mereka di Liga Champions. Sejak era kepelatihan Diego Simeone, Atletico telah lima kali berturut-turut takluk di tangan Madrid dalam babak gugur kompetisi ini. Kekalahan ini semakin menegaskan dominasi Los Blancos atas rival sekotanya dalam panggung Liga Champions, sebuah kenyataan yang terus menghantui Los Rojiblancos.
Kutukan Liga Champions! Atletico Tersingkir Lagi oleh Real MadridSejak awal pertemuan mereka di kancah Eropa, Atletico Madrid kerap menjadi korban superioritas Real Madrid. Dua final Liga Champions yang mereka lakoni berujung tragis—tahun 2014, mereka kalah dramatis setelah Sergio Ramos mencetak gol di menit-menit akhir yang memaksa perpanjangan waktu, di mana Madrid akhirnya menang telak 4-1.
Dua tahun berselang, pada 2016, Atletico kembali harus mengakui keunggulan Madrid dalam final yang berakhir lewat adu penalti.
Tak hanya itu, Atletico juga pernah disingkirkan oleh Madrid dalam dua kesempatan lain di fase gugur.
Pada perempat final 2015, mereka harus angkat koper setelah kalah agregat tipis. Sementara itu, di semifinal 2017, harapan mereka kembali pupus setelah Madrid tampil perkasa dan memastikan tempat di final.
Rentetan kegagalan inilah yang semakin menegaskan bahwa Real Madrid adalah tembok besar yang sulit ditembus bagi Atletico di Liga Champions.
Simeone: “Kami Selalu Membuat Mereka Menderita”
Meskipun kembali tersingkir, pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, menegaskan bahwa timnya selalu memberikan perlawanan sengit setiap kali berhadapan dengan Real Madrid.
Baginya, kekalahan ini bukan hanya soal nasib buruk, tetapi juga tentang kebanggaan dan mentalitas bertarung yang dimiliki oleh timnya.
“Saya tidak akan berbicara tentang keberuntungan. Saya akan berbicara tentang rasa bangga terhadap tim yang kami miliki dan bagaimana kami selalu bersaing,” ujar pelatih asal Argentina tersebut.
Simeone juga menegaskan bahwa meskipun Real Madrid selalu keluar sebagai pemenang, mereka tak pernah mendapatkannya dengan mudah.
“Madrid selalu mengalahkan kami di Liga Champions, tetapi mereka selalu menderita. Saya yakin mereka akan selalu mengingatnya,” tambahnya.
Pernyataan ini mencerminkan karakter Atletico Madrid di bawah asuhan Simeone—tim yang dikenal dengan permainan agresif, penuh determinasi, dan tak pernah menyerah meski harus menghadapi lawan sekelas Real Madrid.
Kegagalan kali ini menambah panjang penantian Atletico Madrid untuk mengangkat trofi Liga Champions. Sejak didirikan pada 1903, klub ini belum pernah sekalipun meraih gelar juara di kompetisi paling prestisius Eropa tersebut. Dua kesempatan emas di final 2014 dan 2016 telah sirna, dan kini mereka kembali harus menelan kekecewaan.
Bagi para penggemar Los Rojiblancos, mimpi untuk melihat tim kesayangan mereka berjaya di Liga Champions masih menjadi harapan yang tertunda. Namun, selama Diego Simeone masih memimpin, mereka percaya bahwa tim ini akan terus berjuang dan suatu saat akan mampu melewati kutukan Real Madrid di kompetisi Eropa.
Kini, Atletico harus mengalihkan fokus mereka ke kompetisi domestik dan mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan ini. Sementara itu, Real Madrid kembali melangkah ke babak berikutnya dengan status sebagai tim yang masih sulit dikalahkan di Liga Champions.
Akankah Atletico Madrid mampu mengakhiri dominasi Madrid di masa depan? Atau kutukan ini akan terus berlanjut? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
