JCCNetwork.id-Keputusan mendadak untuk mengganti tim pengawal Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, menuai perhatian luas hanya beberapa hari setelah diluncurkannya penyelidikan resmi terkait ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Langkah ini disebut-sebut berkaitan dengan situasi kompleks yang melibatkan penyelidikan hukum, dugaan penyerangan, hingga pernyataan kontroversial Duterte sendiri.
Komandan Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, mengonfirmasi bahwa pergantian personel keamanan Duterte dilakukan menyusul penyelidikan yang saat ini tengah berlangsung. “Langkah ini merupakan bagian dari penyelidikan terpisah yang dilakukan pihak kepolisian,” ungkap Brawner kepada media, sebagaimana dikutip AFP pada Kamis (28/11/2024). Namun, ia tidak merinci alasan spesifik di balik penyelidikan tersebut.
Juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Kolonel Jean Fajardo, mengungkapkan bahwa polisi telah meminta jaksa untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Wakil Presiden Duterte dan anggota tim pengawalnya.
Tuduhan ini muncul setelah insiden dugaan penyerangan terhadap seorang dokter polisi saat proses pemindahan salah satu staf Duterte yang sedang ditahan.
“Seorang dokter polisi didorong oleh kepala keamanan Duterte. Ini adalah tindakan serius yang tidak dapat kami abaikan begitu saja,” tegas Fajardo. Meski demikian, kubu Duterte belum memberikan tanggapan langsung terkait tuduhan tersebut.
Pergantian pengawal pribadi Duterte ini semakin memicu spekulasi setelah Departemen Kehakiman mengungkapkan adanya pengakuan kontroversial dari Wakil Presiden itu.
Duterte diduga mengaku pernah memberikan perintah untuk membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr., istrinya Liza Araneta-Marcos, serta sepupu Marcos, Martin Romualdez, jika ada upaya pembunuhan terhadap dirinya yang berhasil.
“Jika saya mati, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka,” ujar Duterte dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (23/11/2024). Namun, beberapa hari setelah pernyataan itu viral, Duterte menyatakan bahwa pernyataannya hanyalah sebuah lelucon dan tidak dimaksudkan secara serius.
Pada Senin (25/11/2024), Departemen Kehakiman Filipina resmi melayangkan panggilan pengadilan kepada Duterte untuk menghadiri penyelidikan formal. Langkah ini menunjukkan bahwa pernyataan Duterte dianggap cukup serius untuk ditindaklanjuti.
Situasi ini kian memperumit hubungan politik di tingkat tertinggi pemerintahan Filipina, terutama di tengah hubungan yang sudah renggang antara Duterte dan keluarga Marcos.
Penggantian tim keamanan pribadi Duterte, yang terdiri dari gabungan personel militer dan polisi, kini menjadi simbol dari tekanan besar yang tengah dihadapinya. Di satu sisi, langkah ini disebut sebagai upaya menjaga integritas penyelidikan.
Di sisi lain, para pengamat politik menilai hal ini sebagai sinyal retaknya koalisi politik antara kubu Duterte dan Marcos yang selama ini dianggap saling mendukung.
Polemik ini tidak hanya menjadi ujian bagi stabilitas politik Filipina tetapi juga menambah ketegangan di lingkup keamanan nasional.
Ancaman pembunuhan terhadap presiden merupakan isu yang tidak bisa dianggap enteng, apalagi jika melibatkan figur tinggi seperti Wakil Presiden Duterte.
Meskipun Duterte telah membantah niat sebenarnya di balik pernyataannya, publik Filipina kini menunggu hasil penyelidikan resmi untuk mengungkap fakta di balik semua tuduhan dan konflik ini.
Sementara itu, penggantian tim keamanan Duterte menjadi langkah terbaru dalam saga politik yang terus berkembang di Filipina.