JCCNetwork.id- Jay Emmanuel-Thomas, mantan pemain Arsenal yang kini berusia 33 tahun, dipecat oleh klub Skotlandia, Greenock Morton, setelah terlibat dalam penyelundupan ganja senilai Rp 12 miliar. Keputusan tersebut diumumkan klub melalui media sosial mereka setelah Emmanuel-Thomas ditangkap oleh Badan Kejahatan Nasional (NCA).
Menurut laporan BBC, Emmanuel-Thomas ditangkap di kediamannya di Gourock, dekat Glasgow, pada Rabu (18/9). Penangkapan ini menyusul temuan ganja seberat 60 kilogram dalam koper yang tiba di Bandara Stansted, London, dari Bangkok pada 2 September lalu. Barang tersebut diperkirakan memiliki nilai sekitar 600 ribu paun, atau setara dengan Rp 12 miliar.
Setelah ditangkap, Emmanuel-Thomas ditahan dan diinterogasi oleh pihak berwenang. Pada Kamis (19/9), ia dihadapkan ke Pengadilan Magistrat Carlisle dengan tuduhan mengimpor obat-obatan kelas B. Selain Emmanuel-Thomas, dua wanita juga ditangkap terkait kasus ini dan akan diadili di Pengadilan Magistrat Chelmsford.
Awalnya, NCA menemukan ganja seberat 60 kilogram dalam koper, yang ditaksir bernilai 600 ribu paun atau sekitar Rp 12 miliar. Barang itu tiba di Bandara Stansted dari Bangkok.
Imbas kejadian ini, Emmanuel-Thomas langsung dipecat. Greenock Morton mengumumkannya di media sosial.
“Greenock Morton FC dapat mengonfirmasi bahwa kontrak Jay Emmanuel-Thomas telah diakhiri dengan segera,” tulis klub Skotlandia itu.
“Klub tidak akan memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah ini,” jelas pernyataan klub.
Emmanuel-Thomas dikenal sebagai produk akademi Arsenal, di mana ia bermain di bawah manajer Arsene Wenger dan tampil dalam lima pertandingan. Setelah meninggalkan The Gunners pada 2011, ia menjelajahi berbagai klub, termasuk Blackpool, Doncaster Rovers, Cardiff City, Ipswich Town, dan Bristol City. Pemain kelahiran 1990 ini juga sempat berkarier di luar negeri, bermain di Thailand dan India, sebelum bergabung dengan Greenock Morton di awal musim ini.
Emmanuel-Thomas pernah mewakili Timnas Inggris di level U-17 dan U-19, namun kini namanya terpaksa tercoreng akibat tindakan ilegal yang dilakukannya. Kejadian ini menyoroti tantangan yang dihadapi klub-klub sepak bola dalam menjaga reputasi pemainnya di tengah masalah hukum yang serius.
