JCCNetwork.id – Mahasiswa sekaligus petani, Jefrianus hanya bisa menarik napas terkait naik turunya harga cabai rawit merah di daerah Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Harga bijian pedas itu terus merosot sampai ke titik nadir dalam beberapa hari ini. Yakni dari Rp30 ribu hingga Rp20 ribu. Bila situasi ini terus dibiarkan, maka bakal mendatangkan dampak buruk dan rugi besar bagi petani.
Meski demikian, masih kata Jefri, pemerintah seakan tidak mempedulikan melorotnya harga cabai rersebut. Seharusnya, walau harga ditentukan sesuai dengan pasokan cabai yang melimpah, namun pemerintah perlu mencari tahu apakah itu membawa dampak baik atau buruk untuk petani?
“Harusnya negara hadir disaaat rakyat sedang kebingungan bagaimana mengatasi ini biar tidak merugi dan nyaris bangkrut karena modal tak kembali akibat buntung,” kata Jefri kepada JCCNetwork.id di Ngaglik, Senin (3/4/2023).
Harga cabai di kategorikan stabil, tetapi perlu ditekankan bahwa semuanya perlu di lihat dari musim ke musim, sebab saat hujan seperti ini, memerlukan asupan dana yang besar untuk biaya perawatan.
“Terkadang ada obat yang dijual murah namun, ini sama sekali tidak bisa mengatasi segala virus terhadap cabai, oleh karena itu perlu obat-obatan tanaman yang bisa mengurangi dampak virus dan hama pada tanaman cabai itu,”tuturnya.
Ia pun menyampaikan bahwa terkait pengepul memang, mereka bekerja sama dengan pemerintah, tetapi petani meminta agar negara menjalankan perannya untuk memantau patokan harga yang diberikan, sehingga sesuai dengan pasokan cabai yang masuk.
“Kata orang, harga Rp30 ribu itu sudah untung, itu bagi yang tidak merasakan, sebab musim hujan seperti ini tanaman cabai, rentan diserang virus, pastinya harus lebih forsir pestisida dan fungisida yang teratur kalau tidak tanaman semua busuk dan terkena penyakit fusarium,” ungkap Jefri.
Pada kesempatan ini, Jefri dan para petani lainnya mendorong pemerintah segera mencari solusi agar semua keluh kesah petani terkait melorotnya harga cabai bisa diatasi dan tidak merugi.
“Pemerintah harus cepat, jangan biarkan rakyat sendiri berpikir keras. Bagaimana generasi muda mau semangat ingin terjun ke sektor pertanian kalau pemerintah saja tak responsif,” tutupnya.