JCCNetwork.id- Pecel lele, hidangan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Namun, di balik kenikmatannya, ada satu pertanyaan yang sering mengusik: Mengapa tak ada pecel dalam pecel lele? Lalu darimama asal usul nama pecel lele?
Sebagai salah satu makanan yang paling merakyat, pecel lele menawarkan kelezatan yang tak terbantahkan. Hidangan ini menggabungkan protein hewani dari ikan lele yang digoreng, dengan sayuran segar yang menyegarkan. Tapi, kenapa hidangan ini disebut pecel, padahal tidak ada bumbu kacang khas pecel?
Jawabannya bisa ditemukan dalam sejarahnya yang menarik. Pecel lele pertama kali dijual di Jawa Timur, terutama di Lamongan, pada tahun 1970-an. Di era itu, para penjual pecel lele mulai merantau ke Jakarta, menyebarkan kelezatan masakan ini.
Pada awalnya, nama yang digunakan adalah “pecek lele”, yang merujuk pada cara penyajian ikan lele yang dipenyet atau digeprek lalu diberi sambal.
Namun, ada satu masalah besar: di Jakarta, terdapat hidangan khas Betawi bernama “pecak”, yang juga menggunakan ikan tawar, tetapi disajikan dengan kuah santan dan bumbu cabai serta kemiri. Untuk menghindari kebingungannya nama, para penjual pecel lele akhirnya mengubah nama hidangan mereka menjadi pecel lele.
Namun, mengapa ikan lele yang dipilih? Kenapa bukan ikan gurame atau mujaer? Ternyata, alasan memilih lele adalah karena ketahanan hidup ikan ini yang cukup kuat. Ikan lele dapat bertahan lebih lama dalam kondisi segar sebelum dimasak, sehingga kualitas rasa tetap terjaga.
Pecel lele, meskipun namanya menyiratkan adanya pecel, sebenarnya lebih tentang cara menyajikan ikan yang dipenyet dan diberi sambal. Inilah asal-usul dari hidangan sederhana yang menjadi favorit banyak orang.
