JCCNetwork.id- Harga batu bara global mengalami stagnasi, tanpa pergerakan signifikan. Penurunan daya beli, terutama dari konsumen terbesar kedua, India, menjadi faktor utama yang menyebabkan stagnasi ini. Pada Rabu (10/7/2024), harga batu bara tercatat tetap di level US$136 per ton, tidak berubah selama tiga hari berturut-turut.
Stagnasi ini terjadi karena belum ada sentimen positif yang mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, kabar negatif datang dari India, yang kemungkinan akan mengurangi permintaan impor batu bara.
Impor batu bara India meningkat 5,3% menjadi 52,29 juta ton (MT) dalam dua bulan pertama tahun fiskal ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Namun, pada bulan Mei, impor batu bara India turun sedikit menjadi 26,19 MT, dari 26,57 MT tahun sebelumnya, menurut data dari mjunction services ltd, platform e-commerce B2B hasil kerjasama Tata Steel dan SAIL.
“Impor batu bara turun 1,43% dibandingkan dengan 26,57 MT yang diimpor pada bulan Mei 2023,” menurut Mjunction.
Direktur Utama dan CEO mjunction, Vinaya Varma, menyatakan bahwa permintaan impor kemungkinan akan tetap rendah dalam beberapa minggu mendatang karena datangnya musim hujan, sementara produksi dalam negeri diperkirakan akan tetap stabil.
Harga batu bara kokas juga diperkirakan akan naik di pasar internasional akibat ketatnya pasokan, yang dapat mempengaruhi minat pembeli di India.
Pada bulan Mei, impor batu bara non-kokas mencapai 17,53 MT, dibandingkan dengan 18,10 MT tahun lalu, sementara impor batu bara kokas mencapai 5,03 MT, turun dari 5,10 MT pada Mei 2023.
India menyumbang lebih dari 80% produksi batu bara domestiknya.
Menteri Batu Bara dan Pertambangan India, G Kishan Reddy, menyatakan bahwa India harus meningkatkan produksi bahan bakar fosil dalam negeri untuk mengurangi impor. Sepuluh tahun lalu, India mengalami kekurangan batu bara yang menyebabkan krisis listrik.
Permintaan batu bara dari Eropa juga lesu. Harga kontrak batu bara Eropa jatuh ke level terendah dalam 10 minggu terakhir karena pembeli menunggu perkembangan ekonomi kuartal IV-2024. Harga turun ke US$102,95 per ton, terendah sejak 30 April.
“Semua orang menunggu kuartal IV karena sepinya permintaan,” tutur trader asal Italia, dikutip dari Montel News.